CSE

Loading

Minggu, 30 November 2014

cerpen


CINTA DALAM DIAM
by: Riki Susanti

Awan Nampak mendung menandakan hujan akan turun. Tapi dia tak kunjung datang, entah sudah berapa lama aku menunggunya disini. Menunggu orang yang mungkin tak akan datang untuk menemuiku, bahkan untuk menyapaku saja, tak pernah ia lakukan. Aku memang bodoh aku selalu mengirim pesan untuknya, walau pesan ku tak ada satupun yang ia balas, namun aku akan tetap menunggu nya, karna aku yakin dia merasakan apa yang aku rasa. Dan aku yakin dia pasti akan datang.
*
Entah sudah berapa surat yang diterima mentari dari senja, tapi tak ada satupun yang pernah ia balas. Bahkan dia enggan membaca surat dari senja lagi. Namun ada satu surat yang membuat mentari merasakan sesuatu. Surat yang baru saja ia terima dari Dian, sahabat dekatnya.
Dear Mentari
Mentari aku tau mungkin kamu udah gak betah sama semua surat yang aku kirimkan. Aku juga lelah, jika aku harus begini terus. Aku sadar aku ini hanya lelaki bodoh yang terus memohon cinta dari seseorang yang sudah mempunyai kekasih. Aku hanya ingin merasakan dicintai oleh orang yang aku cintai, meski hanya sekali saja, hanya untuk satu detik saja, Tar. Boleh kan tar? Sebelum aku, pergi dari hidupmu. Tapi aku sadar aku ngak bisa maksa kamu buat jatuh cinta ke aku. Walaupun hanya untuk satu detik. J bodoh. Maaf ya mentari jika selama ini aku mengganggu mu. Aku janji, mulai dari sekarang aku tidak akan mengganggu mu lagi, aku tidak akan mengirim surat untukmu lagi, aku lelah mentari aku akan istirahat dari rutinitas ku, dan aku akan pergi jauh darimu dan mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi, selamanya. Namun jika boleh aku meminta untuk terakhir kalinya padamu. aku ingin bertemu dengan mu untuk terakhir kalinya, untuk mengucapkan kata maaf padamu atas sikapku selama ini. Aku akan menunggumu ditaman dimana kita pertama bertemu, taman yang mengenalkan  aku arti cinta. Walaupun aku tak pernah mendapatkanyaa. Jam 4 ya aku tunggu, aku yakin kamu pasti datang mentari, karna ini mungkin akan menjadi pertemuan kita yang terakhir kalinya sebelum aku pergi meninggalkanmu..
Senja
Sebenarnya tanpa menulis nama pengirim pun mentari akan tau siapa yang mengirim surat padanya, karna Cuma senja seorang yang selalu berbuat hal demikian. Tanpa sadar mentari menjatuhkan airmatanya, entah apa yang saat ini dia rasakan,terbesit rasa bahagia namun juga sedih.,  Sedih karna orang yang dia cintai  akan pergi. Mentari memang tidak pernah mengungkapkan perasaanya terhadap senja karna dia sudah mempunyai pacar, mentari hanya mampu mencintai senja dalam diam, walau dia tau kalau senja juga mecintainya. Selama ini mentari selalu memperhatikan kebiasaan senja tanpa ada yang tau, namun kini senja akan pergi. Pergi?? Kemana?? Dengan siapa?? Kenapa?? Ribuan pertanyaan muncul dikepalanya, namun dia yang sudah memutuskan untuk seperti ini, dia tau dia akan terluka namun dia tetap pada pendiriannya.
Rintikan hujan mulai turun, semakin deras, semakin deras dan semakin deras, sama seperti air mata mentari yang terus keluar, membahasi pipinya, dia sendiri tidak tau apa yang menyebabkan dia menangis dari tadi. Mentari  memutuskan untuk menemui senja, untuk pertemuan terakhir mereka. Mentari menggunakan gaun berwarna merah kesukaannya, karna ia teringat saat senja mengatakan kalau dia sangat cantik menggunakan gaun itu. “ bukanya ini pertemuan untuk perpisahan? Tapi kenapa aku harus memilih gaun yang disukai senja? oh God, ingat tar lo punya rico yang sangat menyayangi lo, tapi, ngak apa-apa lah agap aja ini untuk mengghargai perasaan senja selama ini, ya aku akan menggunakan gaun ini.” Mentari berbicara pada dirinya sendiri. Mentari akan menunggu hujan reda untuk datang ke taman. 
Hujan mulai reda, mentari telah siap akan pergi menemui senja untuk terakhir kalinya. Jantungnya terus berdetak, berdetak lebih kencang dari pada biasanya. Mentari melihat jam ditangannya dia sudah telat 2 jam lebih, akankah senja masih menunggunya?? Tapi dia tetap yakin akan datang.
Setelah sampai ditempat yang dijanjikan, mentari mulai mencari dimana senja. Seluruh taman telah dia telusuri dia tak menemukan senja dimanapun. Mentari kecewa dan merasa bersalah, “bukankah senja akan menungguku walau aku datang terlamabat? Kenapa sekarang dia tak ada?? Mungkin dia sudah bosan menunggu. terimakasih J aku juga lelah dengan perasaanku sendiri senja.”
*
“Maaf mentari aku tidak bisa menemuimu, padahal aku sudah berjanji akan menunggu mu, sekali lagi aku minta maaf. Waktu tak lagi mengizinkanku untuk melihat senyumanmu, waktu tak lagi memberiku kesempatan untuk menyampaikan kata maaf padamu. Tapi aku bahagia jika kamu datang ketempat itu. Walau aku tidak melihatnya, aku ingin melihatmu bahagia mentari. Aku akan selalu mencintaimu untuk selamanya.tetap tersenyum untuk ku ya. Kamu harus janji, kamu tidak akan sedih, karna aku juga akan sedih jika aku melihatmu menangis. Aku menunggumu disurga, terimakasih kekasih ku telah mengizinkan ku untuk mencintaimu walau aku tidak pernah memilikki hatimu J janji ya akan selalu bahagia demi aku J “. Setelah selesai menulis surat untuk seseorang yang sangat aku sayangi, aku kembali berbaring ditempat tidur, mataku terpejam sangat lama, bahkan aku sendiri tidak tau berapa lama aku memejamkan mataku, aku rasa mungkin untuk selamanya .ketika  Aku  terbangun, aku tak dapat merasakan apapun dan aku tak bisa menemukan apapun, hanya ruangan gelap yang hampa, aku mulai berjalan menelusuri ruangan ini, namun sepertinya ruangan ini tak ada ujungnya aku terus berjalan, berjalan dan berjalan. Aku melihat sekeliling terasa begitu sepi, sunyi dan sangat gelap. Aku merasa takut, takut sekali, Aku mencoba terus berjalan mencari seberkas cahaya. Setelah kutemukan cahaya itu, aku sadar aku tak lagi menghirup oksigen, aku berada di dunia yang tidak aku kenal, dunia yang begitu asing bagiku. Aku sangat sedih karna aku sudah tidak bisa memeluk orang yang paling aku sayang bahkan untuk mendampinginya, air mata mengalir begitu saja tanpa bisa aku menghentikannya. Disela –sela keadaanku saat ini aku mendengar sebuah tangisan, suaranya tidak asing olehku, bahkan hampir setiap hari aku mendengar suara itu, saat aku masih bisa bernafas, suaranya begitu menyayat hati, itu itu suara mentari, seseorang yang telah mengenalkan aku akan indahnya cinta. “ hapus air matamu, aku tidak ingin mendengar dan melihat suara tangis mu itu. Kamu tau begitu sedihnya aku mendengarkan kamu menangis, melihat mu bersedih, aku mohon mentari hapus air matamu dan tersenyumlah untukku .“ sudah berkali kali aku meneriakkan kata kata itu tapi dia tidak mendengarnya, bahkan mungkin tidak akan pernah mendengarnya.
*
Mentari begitu marah mengetahui senja tidak ada ditempat yang  telah ia sebutkan di surat itu. Namun kemudian dia sadar mungkin mereka bukan ditakdirkan untuk bersatu, “mungkin memang lebih baik senja tidak mengetahui kalau  sebenarnya aku juga menyimpan rasa untuknya, memang akan lebih baik jika seperti ini, lagi pula ada Rico yang selalu mencintaiku, aku akan selalu berusaha mencintai Rico juga.” Mentari tersadar dari lamunannya ketika telephonnya berdering untuk yang kesekian kalinya, lalu dilihatnya “ astaga sudah 10 kali Dian menelponku, ada apa ya? Gak biasanya dia seperti ini.” Dengan segera Mentari menelpon Dian kembali. “Haaa..lo..” “halo, dian kenapa? Kenapa suara kamu seperti orang yang sedang menangis? Dian apa yang terjadi?” Mentari tak henti-hentinya bertanya, namun yang ia dengar hanyalah isak tangis dian saja, ini membuatnya semakin bingun, dan detak jantuknya tiba-tiba saja berdetak abnormal. Sayup sayup terdengar dian mengatakan sesuatu, namun ia tak mendengarnya.” Apa yan? Kamu barusan ngomong apa?” “ Tar, senja tar, senja udah pergi.” “iya gue tau, sekarang aja gue masih ditaman tapi dia udah ngak ada yan, mungkin emang kita ngak akan pernah bersatu. L, tapi lo gak usah nangis gitu kali, gue aja ngak papa.” “tar dia pergi untuk selamanya tar, pergi ninggalin dunia ini tar, pergi ninggalin kita semua L” “ maksud kamu apa?? Senja baik- baik aja kan?” “tar, aku tunggu kamu di rumah sakit sentosa jaya.” Telephon dimatikan oleh dian, tanpa berfikir panjang mentari segera pergi kerumah sakit yang disebutkan dian. Perasaan yang tak menentu kini berkecamuk di hati mentari, dia takut terjadi sesuatu terhadap senja.
Mentari mencari dimana dian, dan setelah dia melihat dian di depan ruang ICU dan sedang menangis, tiba-tiba kakinya lesu dan tak bisa digerakkan lagi, mentari langsung jatuh dan seketika itu air matanya juga jatuh, semakin deras, dan semakin deras. Dian membantu mentari berdiri dan masuk keruangan itu, diatas tempat tidur terbaring sosok orang yang sangat ia kenali, sosok  yang terlihat sangat pucat dan sosok itu tidak lagi menghirup oksigen. Isak tangis mentari kini tak bisa dibendung lagi, ia menagis sekencang-kencangnya sambil memeluk senja. kini mentari sadar senja telah pergi untuk selamanya, pergi meninggalkannya dan meninggalkan dunia fana ini. Kini baru dia sadari betapa berartinya senja di hidupnya. Senja telah memberi warna dihidupnya. Sekarang ini mentari mencoba mengungkapkan perasaanya melalui lembutnya udara dan berharap udara mampu menyampaikan cinta yang selama ini terpendam dan yang selalu dia biarkan diam. Kini baru ia mengerti arti cinta yang sesungguhnya dari senja.
*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar